Jumat, 01 Juli 2011

NUKLIR


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)
Oleh: Al Hakam, SE, MM
Menengok dari sejarah kelam nuklir di dunia, tidak bisa dipungkiri bahwa opini masyarakat kita cenderung buruk terhadap nuklir. Mengapa demikian? Hal ini bermula ketika Perang Dunia II. Proyek penelitian yang dikembangkan Amerika Serikat yaitu Project Manhattan menghasilkan senjata pemusnah massal bernama Little Boy dan Fat Man. Little Boy merupakan bom atom yang dijatuhkan di kota Hirosima pada 6 Agustus 1945. Sebanyak 137.000 orang menjadi korban, begitu pula gedung-gedung dan bangunan lainnya yang luluh lantah akibatnya. Sedangkan Fat Man merupakan bom atom yang dijatuhkan di kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Meskipun lebih sedikit korban yang jatuh yaitu 78.000 orang. Namun dengan jumlah yang demikian bisa dikatakan bahwa Amerika merupakan penjahat perang.
Dunia internasional sejak tragedi tersebut berlomba-lomba untuk mengembangkan teknologi nuklirnya. Contohnya saja dalam pertahanan Korea Utara dan Rusia yang menjadi poros teknologi senjata nuklir. Dewasa ini Iran pun mulai bergeliat dengan senjata nuklirnya. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kapan Indonesia ikut berpartisipasi? Dalam bidang pertahanan sebenarnya sesuatu hal yang positif jika dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. Namun yang kita takutkan bila teknologi tersebut disalahgunakan untuk menjajah negara lain dan membunuh banyak orang. Masih banyak lagi manfaat dari nuklir, seperti di bidang pangan yaitu peningkatan daya awet dan keamanan pangan serta sterilisasi bahan pangan tertentu. Di bidang hidrologi digunakan untuk mengetahui gerakan air tanah. Salah satu pemanfaatan nuklir dalam bidang energi saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkan dalam bentuk pembangkit listrik.
Berbicara tentang nuklir, apakah sebenarnya nuklir itu? Nuklir adalah suatu partikel yang dapat bereaksi baik membelah maupun melebur. Kedua reaksi tersebut biasa disebut reaksi fisi(pembelahan inti) dan reaksi fusi (peleburan inti). Reaksi fisi biasanya menggunakan atom uranium-235. Sedangkan reaksi fusi biasanya menggunakan atom hydrogen. Kemudian nuklir tersebut bahaya ataukah tidak? Bagaimana bila tragedi cernobyl kembali terjadi? Nuklir akan sangat bermanfaat dan tidak berbahaya bila sisitem proteksi dijalankan. Pada PLTN(Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) misalnya reaktor didesain sedemikian rupa sehingga radiasinya tidak keluar dari reaktor, karena pada reaktor telah dipasang shelding(pelindung) berlapis. Sehingga sangat kecil kemungkinan untuk terjadi kebocoran. Juga dipakai system fail safe(kegagalan yang aman). Maksudnya adalah bila terjadi kegagalan pada suatu sistem/komponen, maka secara otomtis akan merangsang untuk bergerak pada kondisi aman. Contohnya daya listrik dibutuhkan untuk mematikan reaktor , tetapi bila pada suatu saat kehilangan daya listrik, reaktor akan tetap mati.Menengok dari sejarah kelam nuklir di dunia, tidak bisa dipungkiri bahwa opini masyarakat kita cenderung buruk terhadap nuklir. Mengapa demikian? Hal ini  bermula ketika Perang Dunia II. Proyek penelitian yang dikembangkan  Amerika Serikat yaitu  Project Manhattan menghasilkan senjata pemusnah massal bernama  Little Boy  dan  Fat Man. Little Boy merupakan bom atom yang dijatuhkan di  kota Hirosima pada 6 Agustus 1945. Sebanyak 137.000 orang menjadi korban, begitu pula gedung-gedung dan bangunan lainnya yang luluh lantah akibatnya. Sedangkan Fat Man merupakan bom atom yang dijatuhkan di  kota  Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Meskipun lebih sedikit korban yang jatuh yaitu 78.000 orang. Namun dengan jumlah yang demikian bisa dikatakan bahwa Amerika merupakan penjahat perang.
Dunia internasional sejak tragedi tersebut berlomba-lomba untuk mengembangkan teknologi nuklirnya. Contohnya saja dalam pertahanan Korea Utara dan Rusia yang menjadi poros teknologi senjata nuklir. Dewasa ini  Iran pun mulai bergeliat dengan senjata nuklirnya. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kapan  Indonesia ikut berpartisipasi? Dalam bidang pertahanan sebenarnya sesuatu hal yang positif jika dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. Namun yang kita takutkan bila teknologi tersebut disalahgunakan untuk menjajah negara lain dan membunuh banyak orang. Masih banyak lagi manfaat dari nuklir, seperti di bidang pangan yaitu peningkatan daya awet dan keamanan pangan serta sterilisasi bahan pangan tertentu. Di bidang hidrologi digunakan untuk mengetahui gerakan air tanah. Salah satu pemanfaatan nuklir dalam bidang energi saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkan dalam bentuk pembangkit listrik.
Berbicara tentang nuklir, apakah sebenarnya nuklir itu? Nuklir adalah suatu partikel yang dapat bereaksi baik membelah maupun melebur. Kedua reaksi tersebut biasa disebut reaksi fisi(pembelahan inti) dan reaksi fusi (peleburan inti). Reaksi fisi biasanya menggunakan atom uranium-235. Sedangkan reaksi fusi biasanya menggunakan atom hydrogen. Kemudian nuklir tersebut bahaya ataukah tidak? Bagaimana bila tragedi cernobyl kembali terjadi? Nuklir akan sangat bermanfaat dan tidak berbahaya bila sisitem proteksi dijalankan. Pada PLTN(Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) misalnya reaktor didesain sedemikian rupa sehingga radiasinya tidak keluar dari reaktor, karena pada reaktor telah dipasang  shelding(pelindung) berlapis. Sehingga sangat kecil kemungkinan untuk terjadi kebocoran. Juga dipakai system  fail safe(kegagalan yang aman). Maksudnya adalah bila terjadi kegagalan pada suatu sistem/komponen, maka secara otomtis akan merangsang untuk bergerak pada kondisi aman. Contohnya daya listrik dibutuhkan untuk mematikan reaktor , tetapi bila pada suatu saat kehilangan daya listrik, reaktor akan tetap mati.
Dari pemaparan diatas secara garis besar nuklir sangat bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia. Tegantung kearifan kita untuk memakainya. Anda sebagai pembaca seharusnya sudah dapat menyimpulkan sendiri kawan atau lawankah nuklir bagi kita. Jika kawan, sudah siapkah kita membangun  Indonesia lebih baik dengan nuklir?jika lawan,munafikkah kita dengan kenyataan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan kita kedepannya. Persepsi yang mungkin akan menjadi berbeda tiap individu.
Dari pemaparan diatas secara garis besar nuklir sangat bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia. Tegantung kearifan kita untuk memakainya. Anda sebagai pembaca seharusnya sudah dapat menyimpulkan sendiri kawan atau lawankah nuklir bagi kita. Jika kawan, sudah siapkah kita membangun Indonesia lebih baik dengan nuklir?jika lawan,munafikkah kita dengan kenyataan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan kita kedepannya. Persepsi yang mungkin akan menjadi berbeda tiap individu.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir masih sulit diwujudkan karena masih terkendala oleh sedikitnya lima faktor. Selain itu, tingginya risiko pembangkit listrik tenaga nuklir yang menghasilkan limbah radioaktif hingga sekarang masih mendapatkan penolakan sebagian lapisan masyarakat.
”PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir) hingga sekarang belum memiliki peluang,” kata anggota Dewan Energi Nasional, Rinaldy Dalimi, Kamis (5/11) di Jakarta.
Menurut Rinaldy, sedikitnya lima faktor yang menjadi kendala pembangunan PLTN meliputi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) belum siap menyediakan sumber daya manusia, belum siap menyediakan bahan bakar nuklir (yaitu uranium), dan belum siap dalam menangani teknologi pengayaan uranium.
Selain itu, faktor kendala lain adalah pemerintah belum menentukan teknologi PLTN yang akan dipakai. Dana besar untuk pelaksanaan pembangunan PLTN juga belum tersedia.
”Mengenai teknologi pengayaan uranium, Indonesia sebagai negara berkembang juga akan sulit mendapat dukungan dari negara-negara maju yang menguasai teknologi tersebut. Masih ada kekhawatiran terhadap penyalahgunaan untuk kepentingan persenjataan,” kata Rinaldy.
Mantan Dekan Fakultas Teknik Universitas Indonesia ini juga mempertanyakan munculnya gagasan untuk mendirikan PLTN itu. Gagasan pemerintah untuk mendirikan PLTN sebenarnya sudah dihentikan atau ditunda.
Pemerintah, dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, menggantinya dengan program pembangunan pembangkit listrik dengan batu bara sebesar 10.000 megawatt (MW) tahap I dan II. Ditambah target produksi 26.000 MW yang diserahkan kepada produsen listrik swasta (independent power producer).
Total produksi listrik yang ingin dicapai sebesar 46.000 MW diharapkan terealisasi semuanya pada 2025 nanti. Target produksi ini diperhitungkan mampu memenuhi kebutuhan listrik yang meningkat setiap tahun, termasuk pemenuhan kebutuhan dasar listrik untuk industri.
Menurut Rinaldy, persepsi terhadap pembangunan PLTN sebagai teknologi yang bersih dan murah kini sulit lagi diberlakukan. Pengamanan limbah radioaktif dan risiko kecelakaan dari operasionalisasi PLTN sudah harus dinominalkan menjadi nilai investasi yang tidak murah lagi.
Penanganan energi
Secara terpisah, Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Arya Rezavidi mengatakan, penanganan energi sebaiknya dipisahkan dengan penanganan masalah pertambangan. Gagasan mendirikan PLTN sebetulnya didorong atas kekhawatiran akan terjadinya krisis energi pada masa-masa mendatang.
Kekhawatiran seperti itu hendaknya tidak perlu terjadi mengingat ketersediaan sumber energi Indonesia masih tergolong aman. Namun, persoalan yang muncul saat ini adalah kekeliruan manajemen atau penanganan sumber-sumber energi primer yang disamakan dengan hasil pertambangan lainnya.
”Ekspor energi primer berupa batu bara, minyak, atau gas alam masih dipacu untuk perolehan devisa, seperti dari hasil pertambangan lainnya. Semestinya, ekspor energi primer itu dilakukan setelah keamanan energi dalam negeri dalam jangka waktu tertentu terpenuhi,” kata Arya.
Arya mencontohkan, pemerintah daerah di Kalimantan Timur pernah mengeluhkan produksi listrik melalui pembangkit listrik tenaga uap terhenti karena kesulitan mendapatkan pasokan gas alam. Padahal, Kalimantan Timur termasuk wilayah eksploitasi gas alam yang paling tinggi di Indonesia. Namun, hasil eksploitasi sumber energi itu lebih banyak diekspor.
Menurut Rinaldy, krisis energi terjadi kala kebutuhan konsumen terhadap listrik tidak dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dan tepat waktu. Kondisi krisis energi listrik masih terjadi di berbagai wilayah, termasuk wilayah yang justru memiliki potensi sumber energi melimpah.
”Itu menjadi bukti belum dibutuhkannya PLTN. Namun, potensi energi yang dimiliki, terlebih energi terbarukan, perlu dioptimalkan